Peran Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Peran Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia | EUREKA
<div style='background-color: none transparent;'><a href='http://www.rsspump.com/?web_widget/rss_ticker/news_widget' title='News Widget'>News Widget</a></div>

Peran Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia

Telah diakui dengan baik bahwa perkembangan sektor keuangan dihubungkan kuat dan positif dengan perkembangan ekonomi. Di satu sisi, negara dengan pendapatan rendah biasanya mempunyai sistem finansial yang sangat primitif. Pada sistem ini, sebagian besar peran sektor keuangan ditunjukkan oleh bank komersial. Pasar finansial mungkin kurang berkembang atau tidak ada. Di sisi lain, negara dengan pendapatan tinggi biasanya mempunyai sistem finansial yang lebih kompleks yang bertindak sebagai intermediasi di antara jumlah dan variasi perdagangan keuangan. Beberapa scholar seperti Schumpeter (1911), Patrick (1966), Goldsmith (1969) dan Cameron (1972) telah meneliti fenomena ini.

Dalam opini Schumpeter (1911), kewirausahaan dan perbankan adalah dua sumber kunci perkembangan ekonomi. Bankir menyediakan pinjaman kepada pengusaha yang paling produktif dan memainkan peran yang mendorong pertumbuhan. Gerschenkron (1962) mengajukan hipotesis yang menghubungkan "kemunduran" ekonomi dengan keuangan. Dia mencermati Inggris sebagai pionir industrialisasi, Jerman sebagai moderate backwardness dan Rusia sebagai extreme backwardness. Dari klasifikasi ini, Gerschenkron (1962) menemukan bahwa di Inggris perusahaan swasta mesuplai kewirausahaan dan modal kepada perbankan. Di Jerman, bank menyuplai kewirausahaan dan mendanai perusahaan swasta. Di Rusia, sumber kewirausahaan dan keuangan disuplai oleh pemerintah kepada perusahaan swasta. Hipotesis Gerschenkron (1962) menyatakan bahwa pemerintah negara berkembang memulai dan mendanai industrialisasi kemudian bank mendanai keuangan mereka sendiri pada tahap selanjutnya. Contoh, Taiwan, Korea, Singapura, China dan negara berkembang lainnya mungkin mengikuti evolusi ini.

Implikasi ini menghasilkan kepentingan akademis dalam hubungan antara finansial dan economic development. Dalam buku yang ditulis Goldsmith (1969), dia menggunakan data 35 negara selama periode 1860 sampai 1963 untuk mendokumentasikan beberapa hubungan antara finansial dan economic development. Dia memperkenalkan "financial interrelation ratio" yang didefinisikan sebagai rasio nilai semua aset finansial terhadap nilai semua aset berwujud (kekayaan nasional). Kesimpulan ini dengan perhatian pada hubungan adalah "paralelisme dapat diamati antara ekonomi dan financial development" (Goldsmith, p. 48).

Dalam buku yang diedit oleh Cameron (1972) dia dan kontributor lain menguji masalah pendanaan economic development melalui pengalaman historis sedikit negara. Negara-negara ini meliputi Austria (1800-1914), Italia (1861-1914), Spanyol (1829-1874), Serbia (1878-1912), Jepang (1868-1930), Louisiana (1804-1861) dan Amerika Serikat (1863-1913). Untuk kesimpulan buku ini, Cameron (1972: 25) menulis bahwa "perbankan bebas berkembang sebagai respon permintaan jasanya, dan akan menghasilkan hasil terbaik bagi perekonomian. Pembatasan kebebasan input hampir selalu mengurangi kuantitas dan kualitas jasa finansial yang tersedia untuk ekonomi dan dengan demikian akan menghalangi atau mengganggu pertumbuhan ekonomi".

Meskipun hubungan kuat antara finansial dan economic development telah diidentifikasi oleh perangkat studi cross country, hubungan kausal antara kedua variabel tersebut dalam konteks time series tidak berkembang baik, sampai penelitian Patrick (1966: 174) yang menyebutkan bahwa terdapat “peningkatan jumlah dan varietas institusi finansial dan kenaikan substansial pada proporsi tidak hanya uang tetapi juga total semua aset finansial terhadap GNP dan terhadap kekayaan berwujud” sepanjang waktu dan sepanjang masa economic development. Pada dasarnya, muncul pertanyaan apakah Financial development mendorong pertumbuhan ekonomi, atau mereka secara simultan dipengaruhi beberapa faktor.Patrick (1966: 174) mengajukan dua hipotesis untuk menguji kausalitas. Dia mendefinisikan sebagai fenomena "demand following" dimana "pembentukan institusi finansial modern, aset, utang finansial dan jasa finansial institusi tersebut yang berhubungan adalah sebagai respon permintaan jasa-jasa oleh investor dan penabung di ekonomi riil". Lebih jauh dia menekankan bahwa "secara evolusioner perkembangan sistem finansial adalah konsekuensi lanjutan dari proses yang berpengaruh besar terhadap economic development." Hal ini mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi mendahului Financial development dalam konteks time series.

Sebaliknya, Patrick (1966: 175) menyatakan bahwa fenomena "supply leading" sebagai "pembentukan institusi finansial dan supply asset serta utang dan jasa finansial yang terkait sebagai peningkatan permintaan jasa, khususnya permintaan para pengusaha pada sektor yang mempengaruhi pertumbuhan". Patrick (1966: 177-178) lebih jauh menjelaskan bagaimana supply leading, dalam sistem finansial dapat mengakselerasi akumulasi modal dan pertumbuhan ekonomi.Pertama, institusi finansial dapat mendorong alokasi total jumlah kekayaan berwujud yang lebih efisien (modal dalam arti luas), dengan membawa perubahan dalam kepemilikannya dan dalam komposisinya melalui intermediasi di antara berbagai tipe pemegang aset/asset holder. Kedua, institusi finansial dapat mendorong alokasi investasi baru ke capital stock yang lebih efisien dari penggunaan yang relatif kurang produktif ke arah yang lebih produktif, dengan intermediasi antara penabung dan investor pengusaha. Ketiga, mereka dapat mendorong peningkatan tingkat akumulasi modal dengan menyediakan insentif yang meningkat untuk menyimpan, menginvestasikan dan bekerja.

Patrick (1966: 185) menyimpulkan bahwa "perkembangan sistem finansial tidak hanya mengakomodasi tetapi bahkan mendorong pertumbuhan". Dalam pengertian ini, Financial development menyebabkan pertumbuhan ekonomi, dan mengimplikasikan bahwa Financial development mendahului pertumbuhan ekonomi dalam konteks time series. Banyak studi yang dilatarbelakangi oleh ide dan temuan terdahulu, intisari penelitian ini adalah studi time series pada hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan Financial development di Indonesia dengan menguji hipotesis yang diajukan Patrick (1966). Pada dasarya penelitian ini berusaha menguji adanya kausalitas dan jika ada bagaimanakah arah kausalitas tersebut.

Dengan perangkat Granger Causality Test (1969), penelitian ini dapat menguji hipotesis Patrick dan menandai hubungan dinamis antara pertumbuhan ekonomi dan financial development. Seperti Gupta (1984), Jung (1986) dan Thornton (1996) penelitian ini memilih seperangkat variabel finansial dan riil untuk mengimplementasikan pengujian. Tetapi, perlu diketahui bahwa Granger Causality mungkin tidak merefleksikan underlying hubungan kausal atau kausalitas yang didefinisikan oleh filosofi sains. Untuk alasan ini, penelitian ini menginterpretasikan hasil pengujian sebagai pengujian pada preseden, prediktabilitas dan eksogenitas ketat.

Dari ide Granger Causality, penelitian ini menguji apakah perkembangan historis sektor finansial mempunyai kemampuan prediktif signifikan secara statistik untuk pertumbuhan ekonomi sekarang atau sebaliknya. Jika Financial development masa lalu menyebabkan pertumbuhan ekonomi sekarang dalam arti Granger, menunjukkan adanya kausalitas supply leading. Jika pertumbuhan ekonomi masa lalu menyebabkan Financial development sekarang maka menunjukkan bahwa terdapat kausalitas demand following. Definisi ini mempunyai analogi hipotesis Patrick. Jika terdapat dua tipe kausalitas secara simultan maka dapat dikatakan adanya hubungan feedback antara mereka. Ketika terdapat kedua tipe kausalitas, maka dikatakan bahwa hubungan tersebut adalah independen.

Pada literatur ekonometrik time series, terdapat beberapa bentuk Granger Causality Test. Disamping bentuk Granger (1969), penelitian ini juga menggunakan bentuk Sim (1972), guna menguji robustness hasil uji dalam perubahan bentuk uji. Karena Granger Causality Test sensitif dengan panjang lag, frekuensi data, stasionaritas data dan information set, penelitian ini mengimplementasikan dengan mengubah faktor-faktor ini untuk menunjukkan robustness hasil uji.

Selanjutnya, penelitian ini memperluas bivariate test ke multivariate test dengan menggunakan VAR model yang dianjurkan Sim (1980). Dalam konteks multivariate, penelitian ini mengimplementasikan banyak pengujian seperti Granger Causality pada VAR, block exogeneity test, dan instantaneous causality test dan analysis of innovations. Pada analisis inovasi, kami menunjukkan analysis of variance decomposition dan implse response. Dengan perangkat Granger Causality Test pada VAR, penelitian ini dapat mengecek robustness hasil dari konteks bivariate ketika seperangkat variabel diubah. Melalui block exogeneity test, penelitian ini menguji apakah variabel finansial sebagai block Granger mempengaruhi variabel riil sebagai sebuah block dan sebaliknya. Seperti pada instantaneous causality test, pengujian penting untuk strict exogeneity test dan determinasi ordering pada analisis inovasi.

Penelitian ini menggunakan variance decomposition untuk mengukur konsekuensi jangka panjang Granger Causality. Itu semua untuk pengukuran konten prediktif jangka panjang variabel finansial untuk variabel riil pada jangka panjang dan sebaliknya. Untuk mengilustrasikan respons dinamis variabel riil pada innovation variabel finansial, analysis of impluse response ditunjukkan dengan plotting responses. Melalui permutasi ordering, dapat dinvestigasi konsistensi dinamic response.

Karena definisi Granger Causality pada penelitian ini berdasarkan pada asumsi stasionaritas, univariate analysis tiap variabel fokus pada pengujian akar unit. Untuk negara berkembang seperti Indonesia, kondisi ekonomi mungkin pada transitional path ke steady state. Selain itu, negara berkembang mungkin menghadapi beberapa perubahan struktural dan cenderung menjadi mudah (vulnerable) terkena dampak guncangan harga minyak. Beberapa index structural change dan harga minyak digunakan untuk menguji robustness hasil pengujian.

Di samping hasil uji statistik, juga akan direview evolusi Financial development dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tanpa review tersebut, hasil pengujian tidak akan memuat konten ekonomi yang besar. Secara khusus, kebijakan pemerintah dan karakteristik institusional memainkan peran penting dalam mempengaruhi hasil pengujian. Pengaruh ini mungkin telah diteliti pada historical review.




Klik tombol like di atas... Jika anda menyukai artikel ini.
Terima Kasih telah mengunjungi Tautan ini,
Jangan lupa untuk memberikan komentar pada form di bawah post ini.
Maturnuwun...

Subscribe in a reader

Comments :

0 comments to “Peran Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”
Views All / Send Comment!

Post a Comment